Sunday 9 February 2014

Untung ada Nunung

Hampir 15 menit saya menunggu di depan rumah yang sepertinya tak berpenghuni itu. Tapi Nomor rumahnya sudah betul, BG 37. Tapi sungguh, rumah ini seperti tak berpenghuni. Satu-satunya tanda hanya sebuah motor matic yang terparkir di depan rumah. Saya sudah mencoba menelfon dan ternyata tidak diangkat. Kembali menggedor-gedor (Lebay) pagar tetap tidak terespon oleh pemilik rumah.
Uhh, sudah hampir 15 menit di pinggir jalan, tetap saja tidak ada yang keluar dari rumah tersebut. Padahal saya sudah ada konfirmasi untuk datang ke rumahnya 1 jam sebelumnya. Apa mungkin sedang tertidur karena sekarang jam tidur siang?
Tiba-tiba, sebuah Bentor (Becak bermotor) berhenti di depan rumah tersebut. “Nah, ini pasti anaknya”. Karena seingat saya dia (pembimbingku) punya anak yang juga sedang kuliah di Unhas. Hal itu dikatakan sewaktu sedang membawakan materi kuliah yang entah saya semester berapa.
Dia kemudian bertanya setelah membayar upah bentor tersebut. “Cari siapa?” dengan logat Bandung campur Makassar (silakan membayangkan logat tersebut). Cari bapak, Saya sudah dikonfirmasi untuk datang ke sini. Tapi sepertinya beliau sedang keluar”. Kemudian dia membuka pagar dan meminta saya masuk dan menunggu di teras depan untuk dibukakan pintu.
Dari dalam saya mendengar suara beliau bercakap dengan anaknya yang tadi kemudian Pintupun terbuka. Yang saya dengar, “oh, ada di mana sekarang Nung?” tanya bapak itu pada anaknya. “Ada di depan pak” anaknya menjawab. “Nunung, kamu buka pintunya!” seru bapak. Dan aku sedikit tersenyum mendengarnya dan berkata Untung ada Nunung. Karena 5 menit saat dia belum datang, saya berencana untuk pergi 10 menit kemudian dan itu berarti saya tidak mendapat tanda-tangan persetujuan untuk seminar Proposal hari itu.

No comments:

Post a Comment