Sunday 9 February 2014

Hey...!

Hey kau yang berdiri di bibir pintu depan rumah itu, tersenyumlah segera karena aku tak akan  berbalik lagi setelah berhitung sampai tiga, karena aku punya gaya sendiri untuk pergi. Tak perlu malu dengan behelmu. Aku sudah memutuskan untuk suka pada wanita yang menggunakan kawat gigi setelah melihatmu menggunakan kawat gigi itu. Dan asal kau tahu, kau adalah wanita tercantik sedekat aku melihat wanita lain menggunakan kawat gigi sepertimu. Dan pahamilah dalam ujung benakmu bahwa ini bukanlah kelatahanku, melainkan cintaku padamu.
Hey kau yang berdiri di bibir pintu depan rumah itu, lambaikan tanganmu untuk yang terakhir kalinya sebelum aku pergi dan jauh untuk beberapa waktu. Biarlah mata ini tersilaukan oleh kemilau matamu yang samar oleh lambaian tanganmu yang tertutupi pakaian berwarna orange bergaris-garis itu. Akupun mulai suka dengan warna orange karena pakaian yang kau gunakan itu. Warna itu memupuk gairah dan menguaknya dari pembaringan yang lama terlelap dalam lumpur hitam. Dan pahamilah sampai hati terdalammu bahwa ini bukanlah kegagapanku, melainkan perasaan yang dalam kepadamu.
Hey kau yang berdiri di bibir pintu depan rumah itu, sungguh aku sangat suka dengan rambut basahmu yang panjang terurai itu. Tapi pahamilah, aku lebih suka dengan rambut itu ketika mampu membuat sebuah tanya dalam ujung benak dan hati terdalamku tentang warna panjang dan lembabnya rambutmu dari balik sebuah tabir indah bernama Jilbab. Dan pahamilah bahwa Dia menyerukan kepada kita  “katakanlah kepada wanita-wanita yg beriman Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yg biasa nampak dari padanya”. (Alqur’an, Surah AnNur). Dan Pahami juga bahwa ini bukanlah menggurui, tapi bentuk empati, sebagai tanda bahwa aku suka, sayang, dan cinta kepadaMu. CC.

No comments:

Post a Comment