Sunday 9 February 2014

Maggolla ini Cess?

Akhir-akhir ini, ada (tidak banyak) diantara teman-teman saya yang bertanya dan menyerukan tulisan dari saya yang baru untuk di-publish di note FB dan di-share/tag pada mereka (hal ini tidak perlu dipandang berlebihan). Entah ini adalah bentuk maggolla atau bukan, saya mengambil sisi positifnya saja yaitu bukan maggolla.  Saya tetap berharap bahwa tulisan-tulisan singkat saya di note FB bisa bermanfaat untuk siapapun yang membacanya.

      Mungkin terlalu jauh ketika saya bermimpi untuk bisa seperti Dewi “DEE” Lestari yang katanya tulisan-tulisannya sudah punya ruang tersendiri di hati terdalam para DeeLicious/DeeLovers. Melihat beberapa teman dekat saya saja senyum atau bahkan tertawa terpingkal-pingkal membaca note saya pun telah membuat saya bahagia. Jangankan hal itu, ketika tulisan saya sudah bisa menjadi wadah transformasi pengetahuan saja saya sudah sangat bersyukur.  Toh, ketika melihat tulisan saya di sini maupun di blog dan di page saya, kemudian yang tanggapan setelah membacanya adalah “ZAM is Annoying facebooker, ZAM is amateur writer, ZAM tidak cocok jadi penulis dan cocoknya kerja di air, ZAM tidak cocok jadi penulis, bagusnya Cuma jadi Menteri Pertahanan & Keamanan (tuing-tuing)”  itupun termasuk pengetahuan, pengetahuan mengenai karakter tulisan saya.  Hahaha… (ketawa Setan, bede’).  Complain? silakan baca note terdahulu saya di sini http://www.facebook.com/note.php?note_id=417630011910 .
***

     Sekitar 5 minggu yang lalu (tepatnya tanggal 13 September 2011), saya membulatkan tekad untuk membuat sebuah novel. Tentang tanggal 13 September, hal ini tidak ada sangkut-pautnya dengan hari spesial seseorang atau kelompok dan lembaga manapun. Mungkin itu hari kebangsaan , hari nikah, ulang tahun dan sebagainya. Jadi kalau ada yang menganggap dan mecocok-cocokkan (Bahasa kerennya, membaca pertanda) maka saya yakin jawaban filosofisnya adalah BERHUBUNGAN, sebagaimana kepakan sayap kupu-kupu di belahan lautan Australia yang bisa menjadikan Gelombang Tsunami di Aceh. Dengan alasan bahwa Oksigen dan Nitrogen dilapisan-lapisan atmosfer bumi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Jadi semua berhubungan termasuk hal ini, tapi hubungan yang ini merupakan hubungan yang jauh (Long Distance Relationship,


     Nah beberapa minggu yang lalu, saya kehabisan ide untuk melanjutkan novel saya. Serta kecenderungan cerita yang saya tulis sudah mengarah ke inti cerita yang saya maksud. Jumlah halaman baru sekitar 30-an halaman dan kupikir tidak cocok untuk menjadikannya sebuah novel. Makanya saya mengubah format yang sebelumnya novel menjadi kumpulan cerita saja. Yah, kurang lebih seperti Madre dan Filosofi Kopi nya Dee.

     Dari sini saya menyimpulkan bahwa saya sedang mengalami problem kualitas dalam menulis.  Hal ini tersimpulkan karena Saya pernah menulis sebuah novel  yang Judulnya “Tapak kaki di Tapal Batas”. Angle Ceritanya tentang perjalanan seorang pria miskin yang nekat ke Pulau Sebatik untuk menemani wanita yang dicintainya mengabdi sebagai guru di daerah perbatasan NKRI dengan Malaysia yang berakhir menjadi pria tersebut kaya raya tetapi tidak bersama wanita yang dicintainya tadi {Yah, jangankan ke Sebatik, Imajinasi saya pernah membuat tenda di pinggiran sungai Mississipi sana (sebelum ada yang mempertanyakan tentang pulau Sebatik)}.  Saudari saya, Uni Munira Burhanuddin pernah melakukan proses Editorial tentang novel ini (agar anda percaya bahwa novel ini pernah benar-benar ada).

     Kalau saya tidak salah ingat, halaman novel ini sudah sekitar 60-an halaman di kertas A4 dengan margin standar. Tapi novel ini raib bersama raibnya laptop saya hampir setahun yang lalu. Saya sering mencoba untuk menulis ulang novel ini di PC adik saya, tapi saya selalu tidak merasa puas dengan tulisan yang saya ramu di awal-awal ceritanya. Mungkin suatu saat nanti setelah ada waktu sekitar 6 bulan di tempat sepi  tapi bisa menarik inspirasi, saya akan merampungkan Novel  tersebut (Seperti Dee untuk merampungkan Perahu Kertas nya).

      Sampai sekarang saya masih sering bertanya dalam hati, “kekuatan apa yang membuat saya waktu lupa makan karena  menulis sesampai di rumah? Kekuatan apa yang waktu itu membuat saya lupa untuk melepas daypack dan jaket saya kemudian membuka laptop dan mengetik  berjam-jam dengan jaket dan daypack yang masih  di badan saya? Kekuatan apa yang bisa membuat saya seminar Proposal kemudian bikin tilisan di FB dan di blog  sampai 3 sehari dan novelku juga bertambah halaman setiap harinya? Kalau dulu karena kekuatan dari seorang wanita yang bernama Meyda Sefira, Saya sempat dekat dengan Leona Agustine, dan Saat ini saya tengah dalam penjajakan mendapatkan cinta Sulistiyowati. Jadi bisa disimpulkan bukan karena wanita. Hehehe… (Ketawa Bijak).

      Atau mungkin saya butuh golla-golla dari teman-teman saya agar selalu semangat? Kalau memang begitu, adakah yang  siap dan siaga maggolla untukku setia harinya? Kalau ada, saya mau digollai mulai hari ini. Sekarang. Hihihi… (ketawa licik).

     Akhir kata, Saya yakin ada yang bisa #MembacaPertanda bahwa tulisan ini merupakan tulisan Maggolla untuk Sulistiyowati (sebelum membaca paragraph ini). Yang bisa saya ucapkan selamat, anda sudah bisa masuk di kelas Ayat pertama Al-Qur’an : Iqra, yang artinya “Bacalah” (teks dan non-teks, surat dan yang tersurat,  Kitab Suci dan Alam-alamNya, Semantik Hermeneutik dan Semiotik, tanda penanda dan pertanda).    

     TerUntuk Sulistiyowati: aku menunggu golla-golla mu, sedikit demi sedikit,  agar kelak aku merasa sedang menaklukkan sesuatu yang besar.  Agar aku tak  merasa bosan untuk digollai, Agar aku merasa punya perjalanan panjang untuk digollai olehmu. Meski begitu, aku mencintaimu lebih dari golla-golla mu di tambah seluruh golla-golla yang ada di dunia.

     “Maggolla, bahasa Bugis Makassar Membuat gula tapi bisa juga diartikan sebagai menggulai, memaniskan (membuat manis). Sering di konotasikan sebagai bentuk menyanjung, Memanas-manasi, mengompor-ngompori, dan sebagainya. Sumber : Kamus OVJ (Kamus yang terbuat dari bahan lunak dan tidak berbahaya).

No comments:

Post a Comment