Sunday 9 February 2014

Nanti Saat Kau Benar-benar Datang (Rab Ne Bana Di Jodi)

Jangan menjustifikasi secara prematur bahwa saya adalah penganut paham Jabariah (karena saya juga punya ikhtiar) ketika saya mengatakan "Tuhan memang telah mentakdirkan kita untuk bertemu dan berkenalan di jejaring sosial dunia maya (facebook)". Ambil saja positifnya dengan membaca "Basmalah" saat membuka facebook, dan membaca "Hamdalah" saat sain autdari social networking itu.
Jangan langsung meyakini bahwa saya tengah mengajarkan banyak tentangHermeneutika dan Semiotika ketika saya membicarakan tentang hubungan "Perfect Step" dan "Hard to Sleep" di status saya dan status mu beberapa saat lalu serta mengapa saya tertunduk beberapa saat setelah bertemunya mata saya dan matamu waktu bersalaman denganmu. Hanya tahu sedikit dari ke-dua ilmuaneh itu. Nantilah saat kau benar-benar datang, kita akan mengungkap semua-muanya. Tinggal sedikit mengingat dan menelaahnya bukan? Kombinasinya, saya yang menelaah dan kaulah yang mengingat. Seperti saat saya memang tak tahu banyak tentang 3 hubungan antar makhluk hidup. Simbiosis mutualismedan simbiosis parasitisme saya tahu, tapi satu lagi saya memang tak tahu. Malunya saya saat kau menanyakan tentang hubungan di mana pihak yang satu mendapat keuntungan tapi pihak lainnya tidak dirugikan dan saya menjawab "simbiosis mutualisme" dan kaupun menanggapinya dengan "bukan". Tapi kau juga lupa. Pagi dari malam itu, "Bingo" saat kau telah mengingat istilah yang kau sebut dengan "Simbiosis komensalisme" itu. Hah, tentang ini, saya mengingatnya, karena memang sangat berkesan bagi saya. Tapi yang kusimpulkan tidak jauh dari Hermeneutika yang sedikit kupahami. Bahwa sejak malam sampai pagi itu kau terus mengingat saya.

Belum beranjak dari Qadariah dan Jabariah Serta Hermeneutika dan Semiotika, sebelum bertemu muka, saya hampir tak sabar menunggu komentarmu di "Kalau sudah On-Line, komentari Statusku yah". Beberapa orang temanku mengomentari tapi saya hanya mengatakan "bukan kau". Komentar ke 37 yang membuat saya senang bukan kepalang "saya sudah masuk, jadi berhentilah menunggu", kalimat dari komentar itu, dan itu adalah komentar mu. Tahu tidak, di situlah puncak kerinduan saya! Dan di situlah awal kecintaanmu (yakinilah). Kalau kurang tepat artinya penafsiran saya salah dan bukanlah Ilmunya yang salah. Tidak usah membahas ini, karena kita akan berbicara panjang tentang salah-satu dari 7 kesalahan berpikir yang bernama Fallacy of Dramatic Instance. Karena terlalu panjang, nantilah kita bicarakan saat kau benar-benar datang.

Tulisan ini tidak bermaksud dan berharap untuk "mengencingi telingamu", hanya mirip dengan dengan tuisan saya sebelumnya yang berjudul "Gara-gara jaga Imej" yang hanya mewakilkan sedikit dari jutaan bahasa rindu yang tak terungkap. Sepertinya akan "gila" ketika saya tidak menuangkannya beberapa seperti ini. Tidak perlu menunggu kutuangkan jutaan kata itu, suatu saat saya akan menuntaskannya nanti saat kau benar-benar datang.

(Ditulis sambil menunggu download film "Bahwa Cinta Itu Ada")
"Rab Ne Bana Di Jodi", bahasa India yang bukanlah berarti "Saat Kau Benar-benar Datang". (ZAM)

No comments:

Post a Comment